Minggu, 15 Februari 2015

Cinta Diam-diam. 

Rintik air jatuh berbaris, lembut namun keroyokan, Hujan. Gue hanyut dalam keadaan yang diciptakan Pikiran Gue, Berlari gemulai memainkan selendang kuning, dengan baju yang memamerkan udel bodong, sambil sembunyi-muncul sembunyi muncul dari pohon besar, diiringi lagu kuch-kuch khotae , gue berasa lebih ganteng dari Cakra khan.
Namun khayalan tingkat lantai 12 gue itu sirna setelah senyumnya tersimpul. Raisa, Senyumnya terbit bersamaan dengan senja sore di belakangnya, Langit kelabu dipadu dengan gunung-gunung dan barisan angka 3 yang mengepak, gue berasa masuk ke gambaran anak TK dengan matahari yang tersenyum.


Senyum memang make up paling cantik seorang wanita. Gue coba tersenyum di genangan mungil yang tercipta di reda hujan, Hoek.. ternyata senyum gue yang dipadu dengan lendir petis di gigi cukup mengerikan, pantes kadang anak kecil nangis kalo gue senyum.

dunia


Dunia adalah tempat berkhayal dan berharap. Tempat angan-angan menjadi diri yang lebih baik melambung tinggi, baik untuk kehidupan dunia maupun untuk kehidupan setelah dunia. Masa hidup adalah tempat di mana doa didengungkan dengan harapan akan menjadi kenyataan. Hal ini tidaklah keliru. Karena hanya di kehidupan dunia sajalah mengharap bisa dilakukan. Bila alam dunia sudah ditinggalkan menuju alam selanjutnya, maka itulah akhir dari mengharap.

Ketika kenyataan tak sesuai dengan harapan, maka itulah pangkal dari masalah yang terjadi di kehidupan manusia. Karena masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan realita. Ketika lingkungan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, janganlah hal itu membuat kita menjauhinya. Karena tidak semua hal bisa sesuai dengan yang kita harapkan. Tapi cobalah untuk memahaminya sebagai salah satu fenomena kehidupan dan berbaurlah dengan lingkungan itu. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan lingkungannya.

Begitu juga dengan manusia sekitar kita. Ketika orang lain tidak sama dengan kita, atau orang tersebut tidak sesuai dengan harapan kita, maka janganlah terlalu berharap orang tersebut akan menjadi sesuai dengan harapan kita. Karena apa yang kita inginkan belum tentu sesuai dengan keinginan orang lain. Dan hendaknya kita memahami bahwa keberbedaan akan membuat kehidupan menjadi penuh warna. Taman bungapun akan terlihat membosankan kalau hanya terdiri dari bunga dengan warna yang sama. Sebaliknya, keberagaman warna akan membuat taman menjadi lebih indah dipandang. Oleh karena itu, janganlah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan membuat kita memaksakan kehendak. Karena setiap orang berhak menentukan ’warna’-nya masing-masing. Yang perlu diupayakan adalah penyatuan warna-warna
tersebut agar menjadi kesatuan yang indah dan sedap dipandang.


meninggalkan perbuatan mencuri terong, lalu dianugerahi seorang wanita


 Di Syria ada sebuah masjid agung bernama Masjid Jami’ at-Taubah, sebuah masjid yang dilimpahi keberkahan, ketenangan, dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun yang lalu, di masjid itu ada seorang syaikh murabbi yang alim yang sekaligus mengamalkan ilmunya. Syaikh Salim al-Musuthi, demikian nama syaikh itu, adalah contoh ideal dalam kefakiran, keengganannya dalam meminta belas kasih orang, keluhuran pribadinya, dan pengorbanannya terhadap orang lain.

Sementara itu, ada seseorang yang tinggal di sebuah bilik dalam masjid itu. Suatu saat, selama dua hari ia tidak makan sesuatu pun, karena tak ada apa-apa yang bisa dimakannya, dan dia pun tidak punya uang untuk membeli makanan. Ketika tiba hari ketiga, ia merasa seolah-olah nyaris mati dan ia pun berpikir tentang apa yang akan ia lakukan. Menurutnya, ia telah sampai pada ambang batas darurat yang dibolehkan untuk makan bangkai atau mencuri sebatas kebutuhan. Kemudian orang itu lebih memilih untuk mencuri sesuatu yang bisa meluruskan tulang punggungnya. Inilah pikiran yang berputar di otaknya kala itu.
Sedang langit-langit masjid itu bersambungan dengan beberapa rumah, yang memungkinkan seseorang untuk beralih dari satu rumah ke rumah lainnya dengan berjalan di atas atap rumah itu. Lalu orang itu naik ke atap masjid, dan dari sana dia berpindah ke sebuah rumah yang berhimpitan dengan masjid. Sesaat kemudian secara sembunyi dia melihat seorang perempuan, lalu pandangannya dirundukkan, sambil menghindar dari penglihatan wanita itu.
Setelah menanti sejenak, lalu dia lihat rumah lain di sampingnya yang kosong, dan dia mencium aroma masakan dari rumah itu. Karena saking laparnya, dia merasa apa yang diciumnya itu seolah-olah sebuah magnit yang membetot dirinya. Dan lantaran rumah-rumah itu hanya satu tingkat, maka dengan dua kali lompatan saja ia sudah sampai di serambi rumah itu. Kini ia sudah berada dalam rumah, dan segera ia menuju ke ruang dapur, lalu disingkapnya tirai periuk. Dan ia lihat periuk terisi penuh dengan terong, lantas dia ambil satu, dan karena laparnya yang luar biasa, panas terong itu pun tidak dihiraukan. Kemudian terong itu dia gigit sekali gigitan, bahkan nyaris ditelan, tapi sesaat berikutnya akal dan nurani keagamaannya bekerja lagi, seraya berkata pada diri sendiri: “Aku berlindung kepada Allah; saya seorang pencari ilmu dan mukim di masjid, tapi kenapa saya melabrak rumah orang dan mencuri apa yang ada di dalamnya?” Dia merasa telah berbuat dosa besar atas apa-apa yang sudah ia perbuat, sangat menyesal, istighfar kepada Allah, mengembalikan terong itu lagi, dan ia pun kembali ke tempat semula. Dia turun ke masjid, dan duduk bergabung dalam halaqah pengajian yang dipandu oleh Syaikh Salim. Tapi karena saking laparnya, ia hampir tidak memahami apa yang didengarnya.
Setelah pengajian rampung dan jamaah pun sudah pulang, tiba-tiba datang seorang masturah (wanita yang seluruh anggota tubuhnya tertutup). Kala itu memang tak ada wanita kecuali seluruh anggota tubuhnya tertutup. Lalu wanita itu berbicara kepada Syaikh dengan kata-kata yang tidak bisa didengar oleh orang itu. Kemudian sang Syaikh melayangkan pandangan ke sekitarnya, dan ia tidak melihat orang lain kecuali pemuda ini. Lalu Syaikh Salim memanggil orang itu, seraya bertanya: “Apakah kamu sudah punya istri?” Jawab orang itu: “Belum.” Sambung Syaikh pula: “Apa kamu kepingin menikah?” Lalu orang itu diam, dan sang Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya. Kemudian orang itu menjawab: “Ya Syaikh, kami tidak punya uang untuk membeli roti. Wallahi! Dengan apa saya harus menikah?”
Kata Syaikh pula: “Wanita ini telah bercerita pada saya bahwa suaminya telah meninggal, dan dia terasing dari tanah airnya. Di negerinya, bahkan di dunia ini dia tidak punya sesuatu pun kecuali seorang paman yang lemah dan miskin, dan ia juga ikut datang bersama wanita ini.” Demikian ucap asy-Syaikh sambil menunjuk ke pamannya yang sedang duduk di sudut halaqah pengajian.
Lebih lanjut Syaikh Salim menjelaskan: “Dia telah memperoleh warisan rumah dan mata pencaharian suaminya. Dan dia kepingin mendapatkan seorang lelaki yang mau diajak berkeluarga agar dia tidak terus menerus dalam kesendirian, sehingga memancing hasrat orang. Apakah kamu ingin menikah dengannya?” Jawab orang itu: “Ya.” Asy-Syaikh juga bertanya kepada wanita itu: “Apakah engkau menerima dia sebagai suami?” Jawab wanita itu: “Ya.”
Kemudian asy-Syaikh memanggil paman wanita itu dan dua orang saksi, lalu akad nikah pun dilangsungkan. Sementara maharnya ditangguhkan dulu bagi muridnya itu. “Peganglah tangan istrimu,” kata sang Guru kemudian kepada orang (muridnya) itu. Lalu dia gamit tangan itu, dan istrinya menuntunnya ke rumahnya.
Tatkala istrinya mengantarkan orang itu masuk ke rumahnya, dan membuka wajahnya, ternyata wanita itu tampak masih belia dan cantik. Dan rumahnya ternyata adalah rumah yang pernah diselusupinya. Lalu istrinya bertanya: “Engkau mau makan?” Jawabnya: “Ya.” Ketika istrinya menyingkap tirai periuk dan melihat terong di dalamnya, dengan heran ia berkata: “Siapa orang yang masuk rumah ini dan menggigit terong ini?!” Orang itu lalu menangis dan menceritakan kisahnya kepada istrinya, dan sahutnya: “Inilah buah amanah. Engkau telah menjaga diri dari dosa dan meninggalkan terong yang haram, lalu Allah memberimu rumah seisinya lengkap dengan pemiliknya secara halal; barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah menukarnya dengan perkara yang lebih baik darinya.”

apa itu cinta, bgaimana cinta dan kidah cinta dalam kehidupan



Dalam dunia ini Tuhan menciptakan sesuatu yang sangat indah bagi kehidupan kita, diantaranya adalah dengan apa yang disebut “cinta”. Cinta kasih merupakan perasaan sayang, persaan suka, perasaan yang memberikan sesuatu kehangatan kepada seseorang. Manusia hidup dipenuhi dengan cinta kasih. Sejak pertama kali kita datang di bumi kita telah disambut dengan cinta kasih. Cinta kasih seorang ibu, cinta kasih seorang ayah dan cinta kasih seluruh keluarga disekeliling kita. Begitu seterusnya secara alamiah akan terus turun dan turun berada dalam diri manusia.
Saat kita berkembang pada usia remaja, kita akan menemukan cinta kasih yang bukan dari ibu, ayah ataupun kelurga kita. Maka disitulah manusia akan ditemui berbagai masalah dan ada yang sampai mengatakan bahwa cinta itu datang dengan indah tetapi jika cinta itu pergi maka akan menjadi penyiksa pada diri kita. Padahal sebetulnya Tuhan menciptakan cinta sebagai keindahan pendamping kehidupan, tidak ada kata-kata bahwa cinta itu sebagai peyiksa atau neraka bagi kita.
Banyak diantara kita ada yang frustasi karna cinta, dalam kaidah psikologis manusia, dengan adanya tekanan, rasa bersalah dan keinginan atau harapan ingin memiliki sesuatu cinta dan membuktikan cinta itu dengan suatu tindakan bodoh, banyak diantara kita menjadi menurun dalam kesehatan mental bahkan ada yang sampai nekat meninggalkan dunia dengan kehendaknya sendiri, sungguh ironis.
Sebetulnya dalam kehidupan kita, semua adalah sebuah pelajaran. Banyak sekali yang bisa kita ambil hikmahnya, banyak sekali kita bisa mengambil manfaatnya. Dalam kehidupan, yang membuat cinta menjadi suatu hal yang buruk adalah ketika cinta itu telah kehilangan ketulusan, cinta dapat berbarengan dengan nafsu, dengan keserakahan, dengan keegosisan, bahkan banyak juga datang karena tujuan tertentu. Jika cinta kita telah kehilangan ketulusan dan cinta kita pergi meninggalkan kita, jangan sampai kita mengganggap cinta itu adalah sebuah penyiksaan kehidupan. Bisa saja cinta itu pergi untuk pelajaran bagi kita dan jika penuh ketulusan mungkin suatu saat akan kembali lagi. Tetapi jika cinta itu benar-benar pergi meninggalkan kita maka itu sebagai pelajaran kita. Tuhan akan mendatangkan cinta-cinta baru dalam kehidupan kita. Segeralah berbenah dalam kehidupan kita. Mungkin kita memang tidak mampu untuk melupakan atau menghilangkannya, tapi ingatlah janji Tuhan, bahwa apa yang kita anggap baik dan kita harapkan bagi kita belum tentu itu akan menjadi terbaik bagi diri kita dimata Tuhan. Oleh karena itu Tuhan telah menyiapkan dan memberikan sebuah kebahagian dibelakang itu semua.
Oleh karena itulah kita harus bisa terus berpandangan bahwa cinta itu suatu keindahan yang dianugrahkan bagi kita. Suat ketulusan, kesucian yang akan terus selalu menemani kita dalam kehidupan. Tetapi jangan pernah lupa jagalah dan berikanlah cinta itu dengan penuh ketulusan, agar cinta tidak menyakiti kita sebagai umat manusia.